Quantcast
Channel: Sumbawanews
Viewing all articles
Browse latest Browse all 21763

Fahri Hamzah “Saya Indonesia. Saya bukan mualaf Pancasila”

$
0
0
Jakarta, Sumbawanews.com.- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menilai bahwa fenomena kampanye “Saya Indonesia” yang disuarakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, adalah bentuk kecemasan dan ketidakmampuan membaca kompeksitas. Gerakan “Saya Pancasila” ini menurut Fahri lahir dari kegamangan, karena habis kalah pilkada sehingga marah kepada semua.
DBKazrtVwAAgecJ

“Kita balikkan kampanye itu dengan menyerukan “Saya Indonesia. Saya bukan mualaf Pancasila”,” kata Fahri Hamzah dihubungi wartawan, Jumat (2/6) menjelaskan isi taujiahnya pada acara Ifthor Jama’i atau buka bersama (bukber) Keluarga Aumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KA-KAMMI), di rumah dinasnya, beberapa waktu lalu.

Fahri mengatakan bahwa bangsa Indonesia sudah lama ber-Pancasila dan sudah hapal diluar kepala seluruh silanya. Namun, karena hari ini adalah Hari Kelahiran Pancasila, maka momen Ifthor (Bukber) ini bisa jadikan sebagai bagian dari peringatan Hari Lahir Pancasila.

Dia pun mengingatkan, setiap generasi harus memiliki kemampuan yang komprehensif dalam menghadapi situasi. “Kita adalah generasi baru. Generasi yang menjadi pelopor. Kita lahir di era ketertutupan, kita lahir ditengah gelombang siklus duapuluh tahunan. Kita menjadi penanda,” ucapnya.

Generasi baru yang lahir ini, tambah Deklarator KAMMI itu, harus memiliki pengertian baru atas situasi negeri ini. Maka dari itu, Fahri  mengajak semua untuk mengasah kemampuan dalam membaca kompleksitas. “Saya semakin melihat dengan kepala dan pikiran sendiri bahwa akar krisis kepemimpinan ini akan muncul,” katanya.

Bahkan, Fahri melihat kalau fenomena kegaduhan ini adalah ekor dari ketidakmampuan menghadapi persoalan yang kompleks. Karenanya, tema kebebasan, keterbukaan, equality before the law, tirani mayoritas, tirani minoritas adalah tema yang harus dimengerti dengan dalam. Tetaou, karena ini rumit maka kelihatannya akan ada kegagalan mengelola kompleksitas ini yang nantinya akan berlanjut pada kegagalan memimpin.

“Kita tidak berharap kepemimpinan ini jatuh ditengah jalan. Tapi kelihatannya akan ada transisi yang akan membuka jalan bagi adanya legitimasi pemetintahan yang lebih kuat. Maka dari itu, marilah kita kawal,” ajak Pimpinan DPR Koordinator bidang Kesra itu.

Lantas, Fahri juga mengatakan jangan berharap bahwa rezim ini akan jatuh, karena kejatuhan (ditengah jalan) ini akan menjadi sumber krisis baru.

“Kita mengalir bersama gelombang yang akan menuntaskan jenis rezim yang tidak mengerti persolan diatas. Dan jika masalah kompleks bangsa ini selesai, nantinya kita akan muncul menjadi kekuatan baru ditengah dunia yang miskin ide dan gagasan,” tuturnya lagi.

Sebelumnya, Presiden Jokowi melalui video pada akun instagram-nya @jokowi yang diposting pada Senin (29/5/2017) lalu menyatakan, Pancasila merupakan pemersatu bangsa dan negara. “Pancasila itu jiwa dan raga kita. Ada di aliran darah dan detak jantung kita, perekat keutuhan bangsa dan negara. Saya Jokowi, Saya Indonesia, Saya Pancasila,” demikian pernyataan Jokowi.

Bahkan, pada akhir caption postingan tersebut, Jokowi mengajak para pengikutnya untuk berpendapat, dengan menyelipkan pertanyaan, “Kalau kamu?”.

Pernyataan Jokowi ini muncul menjelang peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni. (Erwin s)

 


Viewing all articles
Browse latest Browse all 21763

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>