
Dimana menurut Politisi PKS ini, saat ini Pemuda lebih banyak berfikir dengan perasaannya, bukan dengan akalnya.Sehingga akibatnya, sangat sedikit pemuda dan mahasiswa yang mampu melihat secara kritis permasalahan bangsa, apalagi memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Hal tersebut terungkap di sela-sela presentasi Fahri Hamzah dalam acara Sosialisasi Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika, yang diadakan di Auditorium Museum Negeri NTB, (16/6/ 2017). yang bekerja sama dengan Pengurus Daerah KAMMI Kota Mataram.
Dalam kata Sambutannya , Fahri Hamzah juga mengungkapkan, alih-alih berfikir kritis dan produktif, pemuda sekarang malah terkerangkeng oleh smartphone.
“Dulu jika kita melihat permasalahan bangsa, para pemuda segera berkumpul, berbicara, segera melakukan diskusi. Mereka berpidato tentang pemikiran mereka. Tapi sekarang anak-anak muda lebih senang menulis status di media social saja”, ungkap Fahri.
Lebih lanjut Fahri mengatakan bahwa para pemuda menjadi beku dalam perlombaan menulis status, membuat mention dan mengejar like. Itulah kesibukan sebagian besar anak muda sekarang.
“Padahal seharusnya di masa muda ini, setiap pemuda selalu berkobar-kobar. Penuh semangat!”, tandas Fahri dengan intonasi tinggi.
Sebagai solusi, Fahri mengajak pemuda memahami konsepsi-konsepsi yang termuat dalam 4 Pilar Berbangsa dan Bernegara. Menurut Fahri, jika para pemuda memahami dam meyakini konsepsi 4 pilar tersebut, maka itu akan menjadi semangat dan keyakinan untuk bergerak. “Kita contohkan saja dalam Pancasila sila pertama. Jika dilihat dari sudut pandang Islam, itu adalah tauhid. Tuhan adalah segala sesuatu yang mendominasi diri kita. Jika tiba-tiba terjadi penjajahan dengan segala bentuknya, maka itu berarti ia mengambil alih posisi Tuhan untuk mendominasi kita. Maka dengan memahami sila Pertama, atau memahami tauhid, akan muncul semangat perlawanan. Tauhid itu adalah dasar agama Islam yang membakar gelora semangat kita. Hal ini sudah dicontohkan oleh para Pahlawan bangsa kita, yang juga merupakan para ulama. Mereka meyakini bahwa melawan penjajah adalah wajib, dan jika mati maka mereka akan mendapat mati syahid”, papar Fahri.
Fahri Hamzah mengajak pemuda untuk mengekspresikan pemikiran dan pandangan kritisnya dengan berbagai metode. “Setelah itu, maka mulailah bicara. Katakan sesuatu dengan pidato, dengan music, dengan buku, dengan puisi, dan kalau perlu dengan bunga”, urai Fahri. Fahri berharap jangan sampai ada kehilangan semangat untuk melawan. Ia meminta agar pemuda tidak mudah menjadi orang yang dungu seperti kerbau yang dicocok hidungnya.
Fahri juga menegaskan perlunya para pemuda untuk mengorganisir kehidupannya. Dalam hidup yang singkat, bagaikan seorang musafir, maka perjalanan hidup harus direncanakan. JIka tidak, maka hidup kita berjalan dan tiba-tiba berakhir, tanpa tahu kita sudah melakukan apa saja. “Jadi buatlah riwayat hidup anda sendiri. Tuliskan cita-cita anda, lalu impikan setiap hari”, ungkap Fahri memotivasi para peserta.
Di akhir paparannya, Fahri meminta agar para pemuda berpartisipasi dalam politik. Ia meminta agar mahasiswa yang sudah lulus mendaftar menjadi pemimpin mulai dari tingkat desa. Menurut Fahri, sangat baik jika para pemuda berkompetisi dalam pemilihan kepala desa. JIka terpilih dan sukses, maka bisa menjadi bupati, lalu gubernur dan bahkan presiden. “Kita hidup di Indonesia di mana semua mimpi bisa menjadi kenyataan. Maka bangkitlah dan semangat. Jangan sedih. Hiduplah dengan penuh Gelora..!” tandas Fahri menutup orasinya.
Sementara itu, ketua panitia pelaksana Gandi, menyatakan bahwa ia sangat bangga bisa menhadirkan Fahri Hamzah dalam kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Berbangsa dan Bernegara bekerjasama dengan PD KAMMI Kota Mataram. “Kami sangat bangga dan bersyukur. Bang Fahri mampu menggelorakan semangat kami. Dan kami sadar bahwa saat ini memang saatnya mahasswa kembali bergerak. Keadaan bangsa kita, sudah cukup memprihatinkan”, ungkap mahasiswa semester 6 di Universitas Mataram tersebut. Selanjutnya ia akan menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan menghidupkan kembali diskusi-diskusi di organisaninya.(Erwin s)