JAKARTA,Sumbawanews. com. – Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI melakukan pembahasan tentang Rancangan APBN 2017 dengan Gubernur Bank Indonesia (BI). Gubernur BI Agus Martowardoyo mengatakan Indonesia memiliki image positif diluar negeri, karena uang yang masuk ke Indonesia sejak 1 Januari 2016 sampai dengan 1 Agustus 2016 itu mencapai Rp 160 triliun, dibanding sebelumnya hanya Rp 45 triliun.
Dalam rapat gabungan antara Tim Anggaran Komite I, II, III dan IV DPD RI tersebut dihadiri oleh Gubernur BI Agus DW Martowardojo dan Deputi Gubernur BI Ferry Warjiyo sebagai narasumber di Gedung DPD RI Jakarta, Rabu (7/9/2016).
Agus mengatakan Indonesia memiliki image positif diluar negeri, “Uang masuk ke Indonesia sejak 1 Januari 2016 sampai 1 Agustus 2016 mencapai Rp 160 triliun, dana asing untuk membeli saham, obligasi korporasi, dan sebagainya pada tahun lalu untuk periode yang sama hanya 45 triliun. “Itu menunjukkan image positif Indonesia di luar negeri,” tegas Agus.
Menurut Agus, Indonesia adalah satu satunya negara diantara 5 negara Asia terbesar yang melakukan import lebih besar daripada ekspor, sehingga jika luar negeri bergejolak maka akan berpengaruh besar terhadap Indonesia. “Andai Indonesia dapat melakukan ekspor lebih besar dari impor maka Indonesia akan mempunyai daya tahan yang lebih baik,” ujarnya.
Sementara itu anggota DPD RI dari Jawa Tengah Ahmad Muqowam menanyakan soal pemangkasan anggaran. “Soal pemangkasan, MPR, DPR dan DPD tidak akan dipangkas, yang sebelumnya dipangkas Rp 226 triliun , saya kira ini harus menjadi perhatian. Dan, kemudian kualitas regulasi kita adalah peringkat 78 dari 128 negara. Padahal kita berinteraksi dengan dunia internasional. Terakhir dari tax amnesty jika targetnya sampai bulan maret 2017 kita dapat Rp 165 triliun, itu sepertinya hal yang agak mustahil, dan hal ini akan berakibat kepada pemotongan gelombang ketiga karena masih mungkin terjadi. Sedangkan salah satu dari 13 poin negara yang gagal adalah karena masalah keuangan,” jelas Muqowwam.
Agus menegaskan, Indonesia bukan negara yang gagal, “Indonesia ini gagal atau tidak, di tengah ekonomi dunia yang lemah, Indonesia miliki pertumbuhan ekonomi yang baik 5,8 % dalam 10 tahun terakhir. Sedangkan Rusia minus 7,3%, Brazil minus 4,8 %, tapi kita masih baik karena kekuatan kita penduduknya besar dan saat itu kita punya harga komoditi yang tinggi,” katanya
Hal itu digambarkan tebusan tax amnesty Rp 165 triliun kalau diterima sepertiganya bagaimana? Nah sampai semester satu itu rata rata 5%, untuk semester 2 penerimaan pajak kita tidak seperti direncanakan. “Memang ekonomi dunia sedang mengkoreksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,8 % menjadi 3,2%. Bahkan di world bank diturunkan 2,8%, dan kami melihat jika di semester 2 dipotong anggaran sampai Rp 200 triliun maka akan menyebabkan lemahnya pertumbuhan ekonomi,” tambah Agus.
Hal lain yang diperhatikannya adalah ekspor dari Indonesia masih mengandalkan komoditas mentah, padahal saat ini harga komiditi mentah dunia melemah. Maka, BI harus hati hati karena tax amnesty belum mencapai target, dan akan berdampak pada pemotongan anggaran APBN.
Untuk itu kata Agus, BI menghimbau agar sistem perpajakan progresif harus dijaga. “Bagi yang berpenghasilan besar harus dikenakan pajak yang besar, tapi bagi yang punya penghasilan kecil dikasih kebebasan untuk sejumlah nominal tertentu,” ungkap Agus.
Selain itu dia berharap masyarakat tidak konsumtif. “Jangan jadi negara yang hanya konsumtif dan tidak berproduksi, jangan hanya jual komoditi mentah terus-menerus, sehingga harus berusaha menambah nilai tambah ke depan,” ujarnya.
Terkait dengan reformasi structural, Gubernur BI meminta agar membenahi diri. Kita mesti memperbaiki 3 hal yaitu pangan, energi dan air, dan kita perbaiki daya saing industri kita, bayangkan 15 tahun kita mengalami penurunan industri karena infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) yang buruk, minta kenaikan gaji dan tidak diikuti oleh kinerja yang baik. Infrastruktur harus dibangun pemerintah dan swasta, kita perbaiki daya saing dan industrialisasi yang dapat menyerap tenaga kerja, industri yang bisa bersaing dengan negara lain di dunia,” tambah Agus.
Sektor lain yang bisa mendongkrak perekonomian Indonesia menurut Agus salah satunya adalah Pariwisata. Kalau kita bisa mengelola pariwisata dengan baik, maka bisa berdampak besar di pertumbuhan ekonomi, lapangan udara harus bisa 24 jam, turis bebas visa misalnya maka itu bisa menaikkan pendapatan Indonesia secara signifikan dari sektor pariwisata.
“Jadi, Indonesia juga harus berbenah di bidang kelautan. Sebab, Indonesia 75% wilayahnya laut sehingga industrialisasi perikanan juga harus bangkit. Ada perbaikan perijinan, perbaikan penggunaan teknologi, perbaikan SDM dan ketersediaan dana untuk pembangunan diperlukan untuk saling mendukung,” pungkasnya.(Erwin S)