Washington, AS- Sumbawanews.com-Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla mulai tahun 2016-2020 mendapat bantuan lebih besar dalam sejarah Bank Dunia membangun kemitraan dengan pemerintah sebuah negara bagi kelompok Bank Dunia.
Dewan Eksekutif Kelompok Bank Dunia telah menyetujui Kerangka Kerja Kemitraan Negara terbaru untuk Indonesia berlaku selama lima tahun dan diharapkan akan memberikan dukungan lebih dari $10 milyar guna mendorong pengembangan infrastruktur dan program-program sosial demi mengentaskan kemiskinan.
Dalam siaran pers yang diterima Sumbawanews.com pada Rabu (2/12/2015), Bank Dunia menjelaskan, kerangka kerja selama lima tahun ( 2016-2020 ) tersebut merupakan salah satu yang terbesar untuk sebuah negara bagi Kelompok Bank Dunia. Hal ini mencerminkan kuatnya kerjasama antara Indonesia dengan lembaga-lembaga dalam Kelompok Bank Dunia, yaitu the International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), International Finance Corporation (IFC) and Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA).
“Kami percaya Indonesia akan memanfaatkan peluang besar kedepan dan akan semakin tangguh menghadapi tantangan-tantangan global dan domestik,” kata Axel van Trotsenburg, Wakil Presiden Bank Dunia untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik.
Menurut dia Indonesia telah berjalan melakukan kerjasama selama enam dekade yang hingga saat ini semakin kuat.
“Kelompok Bank Dunia menyambut baik dukungan baru ini dan komitmen Indonesia untuk mengentaskan kemiskinan dan memeratakan kesejahteraan secara lebih luas, melalui investasi pada program-program infrastruktur dan layanan umum seperti kesehatan, serta program perlindungan sosial yang akan membantu masyarakat miskin secare langsung,” kata Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia.
Kerjasama tersebut kata Bank Dunia sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah Indonesia, atau RPJMN, dan berfokus pada enam bidang kerjasama yaitu;
1. Sektor swasta dan mitra-mitra pembangunan lainnya, termasuk mendukung program infrastruktur nasional yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perbaikan taraf hidup masyarakat Indonesia.
2. Sektor energi, guna meningkatkan pengembangan energi berkelanjutan dan menghubungkan akses listrik kepada jutaan keluarga.
3. Program pembangunan ekonomi maritim serta memperbaiki perhubungan dan logistik.
4. Upaya pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan lebih banyak dan membelanjakannya secara lebih efektif.
5. Pemerintah daerah agar menyediakan layanan yang lebih baik dalam hal kesehatan, pendidikan, sanitasi dan air.
6. Upaya lebih banyak dan komprehensif guna melindungi sumber daya alam Indonesia yang sangat besar, termasuk upaya menghentikan kebakaran lahan gambut dan deforestasi, menuju pengurangan emisi karbon dan pengembangan matapenceharian yang berkelanjutan untuk masyarakat miskin.
Disamping enam poin tersebut, Bank Dunia menambahkan, perlunya kerjasama multi-sektor yang akan meningkatkan investasi dunia swasta dan memperkuat iklim usaha serta fungsi pasar dan memastikan semua upaya dilakukan demi mengurangi ketimpangan dan mengentaskan kemiskinan ekstrim.
“Kerjasama kami dengan Indonesia bertujuan untuk memperbaiki iklim investasi demi mendukung kalangan swasta agar ikut ambil bagian, mengingat pentingnya peran mereka dalam pembangunan Indonesia,” kata Sarvesh Suri, Manajer Perwakilan IFC Indonesia.
Dia menambahkan, “hal Ini bukan saja untuk mendorong agar investasi swasta dapat menjawab kebutuhan infrastruktur. Sektor swasta pun bisa menjadi mitra yang kuat dalam memperluas inklusi keuangan bagi masyarakat miskin, mendukung usaha kecil dan menengah serta pengusaha perempuan, dan membangun infrastruktur yang berkelanjutan, yang dapat mengurangi kemiskinan serta dampak perubahan iklim.”
Jika diimplementasi secara penuh menurutnya, kerangka kerjasama baru ini akan meningkatkan pinjaman IBRD hingga $7,5 milyar dan kerjasama baru IFC senilai hingga $3 milyar dalam bentuk saham, pinjaman, jaminan dan mobilisasi, serta program MIGA yang lebih aktif, yang akan meningkatkan perlindungan terhadap risiko politik dan jaminan gagal bayar.
Sebagai bagian dari dukungan finansial tersebut, Dewan juga menyetujui Development Policy Loan (DPL) untuk Energi Inklusif dan Berkelanjutan senilai $500 juta guna mendukung perbaikan kebijakan Pemerintah Indonesia, termasuk terkait dengan investasi pemerintah dan swasta pada energi terbarukan yang bersih dan berkelanjutan, terutama panas bumi yang merupakan sumber energi terbarukan kedua terbesar di Indonesia. (Zainuddin).