Quantcast
Channel: Sumbawanews
Viewing all articles
Browse latest Browse all 21689

Laporan Bank Dunia Posisikan Sebagian Masyarakat Indonesia Akan Jatuh Miskin Akibat Kebakaran Hutan

$
0
0

Jakarta, Sumbawanews.com.- Dalam lappran Bank Dunia yang diterima Sumbawanews pada Kamis (3/12/2015) mengatakaan penyebaran asap akibat kebakaran hutan melumpuhkan kegiatan perdagangan dan sekolah di wilayah terdampak sehingga melumpuhkan bagi banyak keluarga berpenghasilan rendah dan membahayakan mereka untuk jatuh miskin.

Indeks Standar Polutan (PSI) akibat kebakaran lahan di Indonesia pada 2015, kualitas udara di desa-desa sekitar kebakaran lahan seringkali melampaui angka 1.000 pada Indeks Standar Polutan (PSI). Angka ini lebih dari tiga kali lipat tingkat berbahaya.

Racun yang dibawa oleh asap cukup berbahaya bagi kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan, mata dan kulit, terutama sangat berbahaya bagi balita dan kaum lanjut usia karena udara yang beracun mengandung karbondioksida, sianida dan amonium sehingga berdampak sangat signifikan dalam jangka panjang bagi kesehatan.

Sepanjang peristiwa itu, Bank Dunia mencatat angka siswa kehilangan waktu belajar akibat kegiatan belajar mengajar dihentikan. Angka yang dipaparkan cukup fantastis yaitu sekitar 5 juta siswa kehilangan waktu belajar akibat penutupan sekolah pada tahun 2015.

Lebih dari 2,6 juta hektar hutan, lahan gambut dan lahan lainnya terbakar pada tahun 2015 (- 4,5 kali lebih luas dari Pulau Bali). Dampak pada wilayah yang terbakar termasuk hilangnya kayu atau produk non-kayu, serta sebagai habitat satwa. Meski belum dianalisa secara penuh, kerugian lingkungan terkait keanekaragaman hayati, perkiraan Bank Dunia bernilai sekitar $295 juta pada tahun 2015.

“Dampak jangka panjang terhadap kehidupan alam bebas dan biodiversitas belum sepenuhnya dikaji. Ribuan hektar habitat orangutan dan hewan yang hampir punah lainnya pun ikut hancur,” tulis laporan itu.

Pada tingkat global, kebakaran hutan dan lahan gambut menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca. Pada bulan Oktober 2015, emisi per hari kebakaran hutan di Indonesia melebihi emisi perekonomian Amerika Serikat, atau lebih dari 15,95 juta ton emisi CO2 per hari. Jika Indonesia bisa menghentikan kebakaran, Indonesia dapat mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030.

Tidak ada solusi jangka pendek untuk menangani kebakaran hutan dan asap di Indonesia. Namun demikian, Bank Dunia memberi solusi untuk penyelesaian masalah dengan pola pendekatan baru untuk mengelola hutan dan lahan gambut di Indonesia, dan pengelolaan kebakaran yang lebih berfokus pada pencegahan.

“Hal ini membutuhkan upaya besar untuk menjawab lemahnya pengawasan penggunaan lahan, memperkuat tata kelola pemerintahan dan akuntabilitas terutama terkait kebijakan, regulasi dan sistem akses lahan,” tulis Bank Dunia.

Indonesia disarankan bisa belajar dari pengalaman internasional yang berhasil memulihkan lahan yang rusak, seperti rehabilitasi Loess Plateau di Tiongkok, rehabilitasi Great Rift Valley di Ethiopia, atau contoh Silvopastoral di Kolombia. Indonesia juga bisa mempelajari dari Thailand dan Afrika Selatan atas pengalaman mereka mengatasi kebakaran.

Pemerintah Indonesia dalam hal ini disebut telah mengumumkan berbagai langkah tegas menuju solusi jangka panjang, melalui moratorium menghentikan pengeringan dan pembangunan di lahan gambut. Program rehabilitasi lahan gambut yang rusak, berskala besar serta pengelolaan kebakaran hutan yang lebih bertumpu pada pencegahan.

“Komunitas internasional siap siaga membantu Indonesia dalam langkah-langkah tersebut,” sambut Bank Dunia. (Zainuddin)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 21689

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>