Jakarta, Sumbawanews.com. – Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Muhammad Budyatna mengatakan isu permintaan saham oleh Ketua DPR Setya Novanto kepada PT Freeport Indonesia yang diungkapkan Menteri ESDM, Sudirman Said adalah permainan politik tingkat tinggi. Dirinya yakin apa yang dikemukakan oleh Sudirman Said terkait permintaan saham Freeport benar adanya.
“Ini permainan politik tingkat tinggi. Tidak mungkin Setya Novanto meminta saham 20 persen dari Freeport untuk dirinya sendiri.Nilainya terlampau besar untuk dimakan sendiri.Ini bukan perusahaan yang nilainya ratusan miliar rupiah, tapi miliaran dollar.Jadi kalau dia minta saham 20 persen untuk presiden dan wapres, bisa jadi memang itu benar adanya,” ujar Budyatna ketika dihubungi, Selasa (17/11).
Lanjut Budyanta, Saham Freeport sebesar 20 persen itu menurutnya, jika nanti didapat maka semuanya akan dibagi-bagi diantara mereka.Yang tidak kebagian, yah Cuma negara dan rakyat Indonesia.”Mungkin permintaan saham yang diwakili oleh Setya Novanto ini sudah tercium publik, makanya daripada terbongkar duluan, Sudirman Said membongkarnya sehingga dia maupun pemerintahan ini bersih dan jadi pahlawan,” .
Setya Novanto menurut Budyatna bukanlah politisi dalam arti sesungguhnya. Dalam perjalanan kariernya Setya Novanto itu lebih banyak bertugas mencari dana untuk keperluan-kepeluan politik.Banyak pihak dalam dunia politik meminta bantuan pada dirinya dalam hal pendanaan.Setya Novanto diyakininya juga digunakan jasanya oleh penguasa untuk meminta saham.
”Dia ini mesin pencari uang, bukan politisi dalam arti sesungguhnya. Dia memang lihai dan nampaknya hebat dalam “berbagi” kepada semua pihak, sehingga untuk urusan Freeport ini jasanya pun dipakai.Nantinya kalau dapat jatah saham itu juga bakal dibagi-bagi.Makanya kalaupun ada rekaman bahwa dia bilang ini bukan hanya untuk saya tapi juga Jokowi dan JK, saya kira wajar saja.Sudah banyak kasus korupsi yang membawa namanya, tapi dia tetap aman, semuanya di SP3,” tegasnya.
Sementara Sudirman Said juga bukan tokoh yang dikenal pro rakyat. Kebijakannya mencabut subsidi BBM sampai sekarang juga belum terlihat hasilnya.Termasuk menurut Budyatna adalah pernyataannya yang akan membongkar habis mafia minyak.”Jadi jangan terlalu percaya juga dengan pernyataan Sudirman Said.Sekarang mana buktinya dia bongkar mafia migas?Harga BBM pun tidak turun-turun meski katanya sudah tidak ada mafia dan harga BBM dunia turun.Kalau seperti ini kan artinya mafianya lebih parah daripada era sebelumnya,” tegas Mantan Dekan FISIP UI ini lagi.
Urusan Freeport menurutnya dari dulu memang tidak pernah selesai. Freeport pun jelas Budyatna dijadikan semacam ATM bersama para penguasa. Penguasa pun tentunya tidak ingin Freeport menikmati keuntungan sendirian.”Dari zaman orde baru sudah seperti itu, kalau tidak kan tidak mungkin kontraknya diperpanjang terus sebelum waktunya,” imbuhnya.
Dia pun menceritakan kisah di jaman orde baru ketika Menteri Keuangan JB Sumarlin, Freeport pernah menawarkan sahamnya kepada pemerintah, namun dengan alasan pemerintah tidak punya uang untuk membeli sahamnya, saham itu pun dilepas kepada para pejabat saat itu dan pengusaha.”Mereka pun kemudian menjual kembali saham tersebut dengan keuntungan yang luar biasa besarnya.Jadi kalau dulu ditawari, sekarang bedanya diminta,” ujar Guru Besar FISIP UI ini lagi.
Freeport sendiri bukanlah perusahaan yang baik karena meski sudah mendapatkan keuntungan yang luar biasa besar di Papua dengan tambang emas yang luar biasa hasilnya, namun tidak ada kontribusi berarti buat Indonesia pada umumnya dan buat masyarakat Papua pada khususnya.”Lihat saja memang sekarang orang Papua jadi tambah maju sejak ada Freeport?Orang Arab saja bisa kaya-kaya karena minyak, lah ini emang, tapi orang Papua masih seperti ini dari dulu,” tandasnya.
Sebelumnya dalam sebuah wawancara yang ditulis sebuah harian nasional, Sudirman Said menjawab pertanyaan jika dilhat dari sejarah perkembangan Freeport di Indonesia sejak tahun 1967 mengatakan bahwa dia tidak punya catatan sejarah kolusi antara pemerintah dan Freeport, tapi dari obrolan dengan pendiri Freeport, Jim Moffet mengilustrasikan bahwa selalu saja ada urusan-urusan seperti ini dimana para pejabat meminta sesautu .(Erwin S)